Laman

Jumat, 05 Maret 2010

Pendidkan (sebuah tinjauan buku)

Guru Demokratis di Era Reformasi
(Paul Suparno)


Garis Besar

Setelah saya membaca buku yang berjudul Guru Demokratis di Era Reformasi, saya menemukan beberapa gagasan penulis. Berikut saya kemukakan gagasan penulis secara keseluruhan. Penulis memaparkan agar para guru dapat memahami adanya banyak perbedaan antara generasi sekarang dan generasi sebelumnya. Di era demokrasi ini, tantangan dalam dunia pendidikan sangat besar. Profesi guru menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, dan pengaruh globalisasi. Para guru perlu memahami dan melaksanakan filsafat konstruktivisme, keteladanan, model pendidikan holistik ,dan sikap kritis dari para guru sebagai kaum intektual. Diharapkan guru dapat mengerti situasi sekarang ini dan menjadi guru yang demokratis Dengan demikian diharapkan para murid berhasil mengembangkan potensinya dan hidup berdemokrasi di masyarakat..
Tantangan jaman sekarang ini sangat besar bagi perkembangan anak-anak. Tantangan yang besar ini akan mudah dihadapi oleh para guru yang memiliki panggilan hidup sebagai guru. Tidak mudah menghadapi sifat setiap murid. Apalagi dengan pengaruh globalisasi. Bagi guru yang terpanggil, kesulitan atau tantangan dalam dunia pendidikan akan membuatnya lebih bergairah untuk mengajar.
Karena profesi guru adalah pengajar, maka dalam profesi ini selalu dituntut keteladanan. Bila kita berbicara tentang era demokrasi, maka tentunya diharapkan guru mampu menjadi teladan dalam melaksanakan demokrasi. Pendidikan yang dilaksanakan para guru adalah sesuatu yang sangat penting, karena itu berdampak besar pada anak didik.
Tugas guru pada era demokrasi ini, menurut filsafat konstruktivisme adalah menjadi fasilitator dan moderator. Hubungan guru dan siswa menjadi hubungan dialogis, saling membantu dan saling belajar. (hlm 33). Guru bukan saja pengajar tapi guru belajar bersama murid. Para murid dengan bimbingan guru akan menemukan sendiri nilai-nilai yang akan dipegangnya. Dibawah bimbingan guru, murid akan mampu bertanggungjawab atas nilai yang dipilihnya. Guru menghargai dan menerima setiap siswa untuk membantunya berkembang secara sama, tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya.
Pada era globalisasi ini banyak pengaruh negatif yang mempengaruhi siswa. Di luar sekolah tidak banyak teladan yang baik yang didapat siswa. Bahkan di masyarakat banyak hal yang bertentangan dengan teori-teori yang diajarkan di sekolah. Guru merupakan harapan untuk memberi teladan dalam nilai-nilai yang baik. Sekalipun guru adalah manusia biasa, guru dituntut menjadi teladan yang baik. Paling tidak konsekuen dengan yang diajarkan dan menerima diri apa adanya. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya guru dapat terus berkembang dalam menjadi teladan. Guru juga dituntut memiliki kemampuan pribadi, yaitu moral dan iman, sikap bertanggungjawab, kemampuan berkomunikasi, kedisiplinan dan sikap mau belajar terus.
Dalam buku ini, Paul Suparno memberikan semangat dengan mengembangkan sikap-sikap agar para guru tetap dapat menjalankan tugasnya. Pertama, sikap cinta kepada siswa. Mencintai anak didik seperti orang tua mencintai anaknya sendiri. Kedua, sikap menghargai nilai kemanusiaan lebih dari aturan formal. Ketiga, sikap membebaskan dan bukan membelenggu.
Guru adalah manusia biasa. Manusia adalah makhluk sosial. Oleh sebab itu
guru yang sehebat apapun tidak akan mampu hidup sendiri. Dalam menjalankan tugasnya guru harus bekerja sama dengan orang lain. Guru harus membangun relasi dengan siswanya, rekan kerja, atasannya, karyawan sekolah, orangtua murid bahkan dengan masyarakat sekitar sekolah. Relasi ini harus dibangun atas dasar keterbukaan dan kerjasama, sehingga guru memiliki ruang untuk berpendapat dan mengerti pendapat orang lain. Unsur-unsur relasi ini memjadi satu tim dalam memajukan anak didik.


Profesi guru yang diharapkan menjadi teladan, akan mampu mengayomi
masyarakat. Guru dapat menjadi penengah, moderator, fasilitator. Bila terjadi konflik dalam masyarakat di masyarakatnya; guru dapat dimintai nasehat. Terutama tentang pendidikan anak, tentang kemajuan teknologi yang ada. Guru harus mau membaur dengan masyarakat. Dengan demikian akan mampu berrelasi dengan masyarakat. Agar guru dapat membantu anak didiknya nanti terlibat dengan masyarakat secara aktif dan kreatif. Jadi guru sendiri perlu belajar dari masyarakat. Guru dapat belajar dari masyarakat tentang nilai-nilai dan pengulatan yang ada dalam masyarakat, juga dari keadaan masyarakat yang belum baik.
Mengenai kesejahteraan guru, Paul Suparno mengangkat aturan yang ada dalam Undang-Undang Guru dan Dosen. Semua masih merupakan harapan akan kesejahteraan guru. Semuanya masih diusahakan. Pada prakteknya tugas dan tuntutan guru sangat berat, tidak dapat dibandingkan dengan kesejahteraan yang diterima.

Empat Pokok Bahasan

1. Guru sebagai panggilan hidup

Menurut saya modal dasar menjadi guru adalah panggilan hidup. Tanpa panggilan hidup seseorang tidak akan tahan atau tidak akan berkembang menjadi guru yang baik. Dalam banyak pengalaman guru, bila mereka dapat menghayati tugas mereka sebagai suatu panggilan hidup, mereka biasanya lebih gembira, tekun, dan dedikasi terhadap tugasnya membantu siswa berkembang. (hlm 9). Bagi guru yang terpanggil kesulitan atau tantangan dalam dunia pendidikan akan membuatnya lebih bergairah untuk mengajar. Arti panggilan hidup seorang guru adalah dengan membantu anak-anak berkembang dalam semua aspek kehidupan. Hal ini akan membuat seorang guru merasa hidupnya berarti, semakin mengalami kepuasan batin dan menemukan identitas dirinya (13).
Rasa tangungjawab dan dedikasi akan semakin besar ketika seorang guru yakin bahwa panggilannya menjadi guru merupakan panggilan Tuhan. Unsur pelayanan dalam dunia pendidikan akan membuatnya bahagia. Seorang guru sejati akan bahagia bila melihat anak-anak didiknya mengalami kemajuan tanpa mengingat imbalan materi yang minim. Keberhasilan muridnya merupakan kekayaan yang tak ternilai. Ia akan bangga dan puas. Bagi para guru, seharusnya kita bangga dengan apa yang Tuhan percayakan pada kita.

2. Guru yang demokratis

Profesi guru bertugas sebagai pengajar. Dalam profesi ini selalu dituntut keteladan. Bila kita berbicara tentang era demokrasi, maka tentunya diharapkan guru mampu menjadi teladan dalam melaksanalan demokrasi. Pendidikan yang dilaksanakan para guru adalah sesuatu yang sangat penting, karena itu berdampak besar pada anak didik.
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan ujung tombak. Guru harus menjadi teladan untuk melaksanakan demokrasi. Pada era ini guru tidak dapat bersikap otoriter seperti dulu. Siswa tidak dianggap sebagai orang yang tidak tahu apa-apa dan harus diajari. Pada saat ini siswa itu dianggap sudah tahu sesuatu dan perlu pengarahan guru. Tugas guru menurut filsafat konstruktivisme adalah menjadi fasilitator dan moderator. Hubungan guru dan siswa menjadi hubungan dialogis, saling membantu dan saling belajar. (hlm 33).
Guru bukan saja pengajar tapi guru belajar bersama murid. Para murid dengan bimbingan guru akan menemukan sendiri nilai-nilai yang akan dipegangnya. Dibawah bimbingan guru, murid akan mampu bertanggungjawab atas nilai yang dipilihnya. Di era demokrasi ini guru menghargai dan menerima setiap siswa untuk membantunya berkembang secara sama, tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Seorang murid yang dianggap kurang dapat meningkat prestasinya ketika ia tahu bahwa ia diterima dan dihargai gurunya. Saya ingin berbagi dengan rekan-rekan guru yang mungkin sudah sangat suntuk dalam rutinitas mengajar. Pengalaman saya adalah betapa bahagianya saya ketika saya didatangi murid-murid saya. Mereka bercerita dengan akrabnya. Betapa bahagianya saya ketika murid saya percaya pada saya untuk mengemukakan keluhan mereka. Tentu saja kebahagiaan saya menjadi penuh ketika melalui diskusi kecil masalah mereka dapat diselesaikan. Padahal saya hanya menjadi moderator tidak banyak mengajari mereka. Anak-anak didik saya dalam masa remaja awal dimana potensi mereka sangat besar. Menyenangkan sekali dapat mengali potensi mereka, membuka mata mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang hebat.

3. Kompetensi guru

Guru haruslah memiliki kemampuan pribadi, yaitu moral dan iman, sikap bertanggungjawab, kemampuan berkomunikasi, kedisiplinan dan sikap mau belajar terus. Terutama sekali bidang studi yang digelutinya dan kaitannya dengan masyarakat dan ilmu lainnya. Guru yang baik di jaman ini perlu punya wawasan yang luas baik tentang bidang yang diajarkan, kegunaan ilmu itu, dan juga bagaimana perkembangannya dalam masyarakat. (hlm 52). Kompetensi guru dapat berkembang, ketika guru mengadakan komunikasi dengan siswa, kerjasama yang baik dengan rekan guru, belajar melalui pendidikan formal ataupun informal, membaca buku atau surat kabar, dan memanfaatkan perpustakaan untuk penelitian dan pengajaran.

4. Guru sebagai teladan kehidupan

Pada era globalisasi ini banyak pengaruh negatif yang menpengaruhi siswa. Di luar sekolah tidak banyak teladan yang baik yang didapat siswa. Bahkan di masyarakat banyak hal yang bertentangan dengan teori-teori yang diajarkan di sekolah. Guru merupakan harapan untuk memberi teladan dalam nilai-nilai yang baik. Sekalipun guru adalah manusia biasa, guru dituntut menjadi teladan yang baik. Paling tidak konsekuen dengan yang diajarkan dan menerima diri apa adanya. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya guru dapat terus berkembang dalam menjadi teladan.
Karena guru bukanlah manusia yang super. Ia bisa saja gagal dalam memberi teladan. Gurupun diharapkan berani sharing tentang penghayatan mereka sendiri akan suatu nilai secara terbuka kepada siswa. (hlm 70). Keterbukaan ini akan meringan beban guru, dimana akan timbul saling pengertian dengan siswa. Gurupun akan menjalankan tanggung jawab tanpa rasa beban berat.
Seorang guru harus memberani berkata “maaf, kalau saya salah karena saya juga adalah manusia”. Apakah dalam profesi lain kalimat itu merupakan suatu kewajiban untuk diucapkan. Menurut saya bila profesi lain melakukan kesalahan maka masyarakat akan maklum karena itulah manusia. Tidak mudah bagi masyarakat untuk menerima kesalahan seorang guru. Sehingga dengan kalimat itu, guru pun harus menyadarkan masyarakat bahwa guru adalah manusia biasa. Itulah resiko guru.
Dengan tantangan yang berat tidak mudah bagi seseorang mampu menjadi guru yang baik, apalagi berhasil. Ada beberapa kekuatan bagi seseorang dapat menjadi seorang guru sejati dan menjadikan guru sebagai profesi dalam hidupnya. Buku ini memberi semangat bagi para guru untuk menjalankan profesinya.
Sosok guru kelihatan sebagai orang yang sederhana. Namun dalam melaksanakan tugasnya tidaklah sederhana, bahkan sangat berat. Tidak ada tugas seberat menjadi guru. Guru harus jadi teladan, konsekuen dengan yang diajarkannya. Tuntut menjadi seorang guru tidaklah mudah, apalagi menghadapi jaman sekarang dengan perubahannya. Sosok guru seringkali dituntut sempurna namun terkadang sekaligus dianggap rendah. Guru sering harus memperjuangkan nasibnya sendiri.
Sebagai kaum intelektual, guru harus mampu mengikut perkembangan jaman. Dengan mengikuti perkembangan jaman ini, guru bukan saja mampu menyesuaikan diri tapi guru seharusnya ikut mengadakan perubahan tersebut. Orang-orang yang yang sukses di jaman ini bukan saja orang yang mampu menghadapi perubahan tapi juga orang yang mampu membuat perubahan. Guru pada jaman demokrasi ini mampu merubah suasana dan keadaan, karena ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Informasi yang cepat dan keadaan yang cepat berubah. Oleh sebab itu, diharapkan guru mengembangkan sikap-sikap seorang intelektual diantaranya : terus belajar, berpikir kritis, bebas, rasional, mengembangkan angan-angan, aktif mencari, berani bertindak, bertanggung jawab dan menjadi agen perubahan. Dengan demikian guru mampu membawa siswanya ke arah masa depan yang lebih maju. Pada jaman ini sangat dibutuhkan guru yang berperan sebagai intelektual yang transformatif. guru yang mampu menggerakkan dan membantu siswa untuk melakukan perubahan dan pembaharuan demi kemajuan dan kesempurnaan terutama demi terwujudnya situasi demokratis, adil dan benar. (hlm 86).

Tidak ada komentar: